Penyebab wanita tidak mengalami haid.
Sekitar 0,1-2,5% wanita di indonesia mendapatkan masalah tidak mengalami haid maka
dari itu biasanya wanita tidak akan dapat hamil, bagaimana cara menaggulanginya
dan apa penyebab kenapa hal itu bisa terjadi.
Istilah kedokteran tentang masalah di atas disebut Amenorea. Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
- Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0,1 – 2,5% wanita usia reproduksi Amenorea sekunder.
- Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus oligomenorea), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%.
Gejala yang terjadi pada Amenorea
adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut
pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi
padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya
tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya Amenorea.
Penyebab terjadinya Amenorea primer adalah :
- Pubertas terlambat.
- Kegagalan dari fungsi indung telur.
- Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina).
- Gangguan pada susunan saraf pusat.
- Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah.
Penyebab terjadinya Amenorea sekunder adalah kehamilan, pasca kehamilan,
menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi, dan penyebab lainnya adalah :
- Stress dan depresi.
- Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga yang berlebihan, obesitas.
- Gangguan hipotalamus dan hipofisis.
- Gangguan indung telur.
- Obat-obatan.
- Penyakit kronik dan Sindrom Asherman.
Pengobatan
Amenorea.
- Pemeriksaan Penunjang.
Pada Amenorea primer, apabila
didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan
organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui
pemeriksaan USG, histerosalpingografi, histeroskopi, dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI). Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan LH.
Pada Amenorea sekunder, maka dapat
dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon
tiroid dapat mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar
hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan
prolaktin normal, maka Estrogen / Progestogen Challenge Test adalah pilihan
untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium dalam rahim.
Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
- Terapi.
Pengobatan yang dilakukan sesuai
dengan penyebab dari Amenorea yang dialami, apabila penyebabnya adalah
obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi
stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi
Amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan
bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
Saluran reproduksi.
- Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen.
- Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).
- Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft.
- Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak).
- Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
Gangguan Indung Telur.
- Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
- Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun.
- Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.
Gangguan
Susunan Saraf Pusat.
- Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan Amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.
- Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
- Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar